Harga Melonjak Rp 60 Ribu, Waspada Hama Perusak Tanaman Pada Bawang Putih Impor

Loading...

JAKARTA – Kementerian Pertanian memastikan agar importir segera memasok dan mendistribusikan bawang putih. Hal ini menyusul dengan melonjaknya harga di pasaran hingga mencapai Rp 60.000 per kilogram (Kg).

“Kami segera konsolidasi dengan importir untuk memasok bawang putih ke pasar agar harga terkendali,” kata Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Hortikultura Kementerian Pertanian, Yasid Taufik, seperti dikutip merdeka dari Antara di Jakarta.

Mengutip data dari situs resmi Info Pangan Jakarta, harga bawang putih tertinggi di Pasar Pramuka per hari ini Rp 60.000 per Kg, bahkan pada Ahad (1/4/2018) mencapai Rp 80.000 per Kg. Sementara itu, di Pasar Induk Kramat Jati harga bawang putih tercatat normal sebesar Rp 21.000 per Kg.

Namun demikian, pemenuhan kebutuhan bawang putih dari impor harus mewaspadai hama ganas yang menyerang tanaman. Kebijakan impor bawang putih membawa risiko masuknya hama penyakit baru yang belum ada di Indonesia.

Loading...

Menurut Supramana, seorang dosen dari Fakultas Pertanian IPB, impor bawang putih baik untuk konsumsi maupun benih akan beresiko membawa masuknya Nematoda Ditylenchus Dipsaci yang belum ada di Indonesia.

Nematoda batang Ditylenchus Dipsaci (Kuhn) Filipjev adalah salah satu nematoda yang paling merusak pada tanaman budidaya, menyebabkan luka pada batang dan daun di berbagai tanaman. Menurutnya ada sekitar 450 jenis tanaman budidaya yang dapat menjadi inangnya. Kerusakan terparah menurutnya terjadi pada bawang-bawangan (Alium spp.).

“Pada bawang putih, di Maroko kerugiannya mencapai 50100 persen, sedangkan di wilayah Miditerania mencapai 70 persen hingga gagal panen. Penyebaran nematoda itu sendiri meliputi banyak negara di antaranya Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan dan negara di kawasan Oceania,” ucap Supramana dikutip dari tulisannya.

Pemerintah sendiri telah memasukkan Ditylenchus dipsaci sebagai organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) kategori A1 atau OPTK yang belum ada di Negara Indonesia.

Supramana juga menyebutkan bahwa pada fase tertentu nematoda ini akan bergerombol membentuk agregasi dan memasuki fase dorman atau anhidrobosis (disebut eelworm wool) pada permukaan bagian tanaman yang sakit.

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan