Menakar ‘Cuan’ dari Saham Minyak Sawit Jelang Ramadan

Dengan cara ini, PLN disebut akan lebih efisien dalam membeli limbah kelapa sawit dibanding membeli satu per satu dari PKS. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Loading...

Menitone.com – Momentum bulan puasa (Ramadan) selalu diidentikkan dengan peningkatan konsumsi, terutama bahan makanan. Salah satu komoditas yang diprediksi ikut naik daun adalah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Analis Mandiri Sekuritas Yudha Gautama mengatakan stok CPO Malaysia naik menjadi 1,55 juta ton pada Maret 2017 naik dari 1,46 juta ton pada Februari karena produksi yang lebih tinggi dari prediksi awal dan konsumsi domestik yang melemah.

“Kami masih tetap menyukai (merekomendasi overweight) pada sektor CPO, karena kami meyakini kembali naiknya permintaan akan didukung oleh aktivitas restocking dan dalam jangka waktu dekat dengan perayaan Ramadan,” ujarnya dalam riset, dikutip Kamis (13/4).

Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board terkini, persediaan CPO Malaysia sebesar 1,55 juta ton pada Maret tersebut turun 17,6 persen secara tahunan, tetapi naik 6,5 persen secara bulanan. Angka itu juga lebih tinggi daripada prediksi konsensus sebesar 1,52 juta ton.

Loading...

“Angka itu didorong oleh produksi CPO yang kuat dan turunnya konsumsi domestik. Konsumsi domestik Maret 2017 hanya 0,12 juta ton, turun 49,2 persen secara tahunan, melemah 54,9 persen secara bulanan,” jelas Yudha.

Sementara, produksi CPO Malaysia dibukukan 1,46 juta ton pada Maret 2017, naik 20,1 persen secara tahunan, dan meningkat 16,3 persen secara bulanan. Jumlah itu melampaui prediksi konsensus di angka 1,38 juta ton. Dalam tiga bulan pertama 2017, produksi CPO naik menjadi 4 juta ton atau meningkat 17,9 persen secara tahunan.

“Karena musim panen yang rendah sudah berakhir, kami memprediksi ada kenaikan tren produksi secara bulanan yang berlanjut hingga sekitar Oktober 2017, ketika produksi akan memasuki musim panen yang rendah,” ungkap Yudha.

Ia menyatakan masih tetap merekomendasikan sektor perkebunan CPO. Meskipun saat ini ada tekanan penjualan pada harga CPO di pasar, Yudha masih tetap mempertahankan pandangan positif pada sektor perkebunan, dengan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) sebagai pilihan teratas.

“Sementara itu, turunnya harga kedelai yang terus berlanjut akan menjadi batas atas harga CPO. Selisih harga minyak kedelai-CPO berada pada US$47 per ton vs 10 tahun rata-rata historis di US$150 per ton. Kami akan mengkaji kembali asumsi harga CPO kami [harga CPO saat ini pada 2.700 ringgit per ton]. Rerata harga CPO sejak awal tahun 3.115 ringgit per ton,” jelasnya.

Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan, konsumsi CPO global akan meningkat musiman menjelang bulan Ramadan, karena para memeluk Islam menggunakan minyak untuk menyiapkan makanan buka puasa serta jamuan makan untuk merayakan Idul Fitri.

“Karena perayaan jatuh pada kuartal kedua tahun ini, kami yakin ekspor CPO Malaysia akan lebih tinggi secara kuartalan. Sampai dengan Februari, ekspor CPO Malaysia ke negara-negara mayoritas Muslim memberikan kontribusi 17,0 persen terhadap total ekspor. Kami memproyeksikan konsumsi CPO dunia hingga akhir 2017 meningkat menjadi 65,2 juta ton, naik 7 persen secara tahunan,” jelasnya.

Andy menyatakan mengerek peringkat saham sektor perkebunan CPO ke overweight dari netral, karena prediksi harga CPO dunia yang lebih tinggi. Ia memperkirakan harga CPO rata-rata global pada 2017 mencapai 2.950 ringgit per ton, naik 11 persen secara tahunan.

[cnn/cnn]

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan