Gangguan Bisnis dan Serangan Cyber Masuk 10 Risiko Teratas di Asia

Loading...

SINGAPURA – 29 Mei 2019 – Penelitian yang dilakukan Aon Plc dalam Survei Manajemen Risiko Global Tahun 2019 ini mengungkapkan, permasalahan ekonomi dan perdagangan global menantang kemampuan organisasi untuk berinvestasi secara memadai dalam mempersiapkan dan melindungi kesinambungan operasional mereka, survei tersebut dilakukan pada ribuan manajer risiko di 60 negara dan 33 industri setiap dua tahun untuk mengidentifikasi risiko dan tantangan utama yang dihadapi oleh organisasi mereka.

Manajemen risiko diketahui sebuah pendekatan terstruktur atapun metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman rangkaian aktivitas manusia termasuk, Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan dan pengelolaan sumberdaya.

Risk Manager secara global melaporkan tingkat kesiapan risiko terendah dalam 12 tahun, karena banyak risiko utama, termasuk meningkatnya persaingan dan perlambatan ekonomi (tetap tidak dapat diasuransikan).

Penelitian itu, Aon menjaring 10 permasalahan risikon teratas yang terjadi di Asia, 10 risiko teratas tersebeut adalah: 1. Peningkatan Kompetisi, 2. Gangguan Bisnis, 3. Tingkat Percepatan Perubahan Faktor Pasar, 4. Perlambatan Ekonomi / Pemulihan yang Lambat, 5. Kerusakan Reputasi / Merek, 6. Risiko Arus Kas / Likuiditas, 7. Serangan Cyber / Pelanggaran Data, 8. Risiko Harga Komoditas, 9. Risiko Politik / Ketidakpastian, 10. Perubahan Regulasi / Legislatif.

Loading...

Rangkuman dari survei tersebut khususnya di Asia, responden menilai peningkatan kompetisi sebagai risiko Nomor 1. Gangguan bisnis disebut sebagai keprihatinan Nomor 2 dalam lingkungan keamanan yang semakin kompleks, ketika ideologi ISIS diekspor ke Asia yang menginspirasi para aktor radikal. Serangan-serangan baru-baru ini di Sri Lanka menggarisbawahi poin bahwa ekonomi yang bergantung pada pariwisata di wilayah tersebut dapat dengan mudah menjadi korban gangguan bisnis dan menderita risiko yang terkait dengan hilangnya daya tarik.

Serangan cyber tetap menjadi risiko No. 7 karena frekuensi pelanggaran dunia maya terus meningkat. Data pribadi lebih dari 4.000 orang, yang telah mendaftarkan minat mereka untuk mendonorkan darah, dibicarakan baru-baru ini setelah situs web Palang Merah Singapura diretas. Kemudian perisitiwa Hacker meretas setidaknya 460.000 akun yang terdaftar di situs belanja Fast Retailing, retailer dan pemilik merek Uniqlo dan GU terbesar di Asia.

Tren ke arah interkonektivitas dan interdependensi telah membuat rantai pasokan lebih rentan terhadap serangan dunia maya. Di Asia, yang mewakili lebih dari sepertiga pasar logistik kontrak global, bencana alam dan buatan manusia berpotensi mengganggu ekonomi lokal.

“Bisnis tidak bisa lagi mengandalkan strategi kelonggaran risiko tradisional di tengah meningkatnya ketidakpastian, perselisihan kebijakan perdagangan, dan kecepatan perubahan teknologi. Malah peralihan risiko tradisional, manajer risiko harus merangkul strategi manajemen risiko yang kuat untuk melindungi organisasi mereka dari volatilitas potensial sambil memaksimalkan peluang pertumbuhan,” beber Sandeep Malik, CEO,
Aon Asia Pasifik.

Profil peserta dalam Survei Manajemen Risiko Global 2019 cakupan kecil (di bawah $ 1 miliar USD), sedang ($ 1 miliar – $ 15 miliar USD), dan organisasi besar (di atas $ 15 miliar), termasuk responden dari perusahaan swasta, organisasi publik, pemerintah, dan entitas nirlaba. Laporan lengkap dapat diakses di www.aon.com/2019GlobalRisk.

Sebagai informasi, Aon plc (NYSE: AON) adalah perusahaan jasa profesional global terkemuka yang menyediakan beragam solusi risiko, pensiun, dan kesehatan. Saat ini Aon memiliki 50.000 yang tersebar di 120 negara memberdayakan hasil untuk klien dengan menggunakan data dan analitik eksklusif dalam memberikan wawasan untuk mengurangi volatilitas dan meningkatkan kinerja. Ikuti Aon di Twitter dan LinkedIn

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan