News  

Pengamanan ‘Gila-gilaan’ untuk Raja Salman di Indonesia

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia disambut pengamanan gila-gilaan. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/Pool)
Loading...

Menitone.com – Kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia disambut dengan meriah dan penuh antusias oleh berbagai pihak. Antusiasme terlihat dari berbagai aspek, mulai persiapan penyambutan, dekorasi, hingga pengamanan yang diberikan.

Peristiwa itu punya nilai historis tersendiri. Kunjungan terakhir Raja Arab Saudi ke Indonesia adalah 47 tahun lalu. Bukan hanya ini kunjungan pertama setelah hampir setengah abad. Kunjungan kali ini juga disebut-sebut bakal menghasilkan 11 MoU di berbagai bidang.

Ini momen penting bagi diplomatik pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi.

Tapi yang menarik juga untuk dibahas, bukan hanya soal kerja sama yang akhirnya terjadi. Pengamanan yang dipersiapkan Indonesia untuk Sang Raja saja sudah luar biasa. Aparat tidak mau tanggung-tanggung mengamankan Raja Salman dan rombongan selama di Indonesia.

Loading...

Mulai Polri, TNI, Paspamres, hingga pasukan intelijen berpakaian sipil ikut ambil bagian.

Pengamanan sudah bisa dilihat sejak rombongan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (1/3). Perjalanan, sampai hotel tempat mereka menginap pun tak lepas dari penjagaan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono menyebutkan, ada empat ring penjagaan. Ring pertama hingga ke-tiga dijaga oleh pasukan khusus dari TNI, Paspamres, dan pasukan intelijen berpakaian sipil. Kepolisian ditempatkan di ring empat.

Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal Edy Rahmayadi menyebut, 5.384 personel gabungan Polri dan TNI diterjunkan untuk mengamankan kunjungan Raja Salman selama di Indonesia. Di Indonesia, bukan hanya di Jakarta.

Sebab setelah menuntaskan bisnisnya di Indonesia, Raja Salman dan rombongan yang berjumlah 1.500 orang itu berwisata ke Bali. Lagi-lagi, pengamanan di Bali tidak dilupakan.

Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Kustanto Widiatmoko mengatakan, enam kapal disiagakan untuk mengamankan wilayah perairan Nusa Dua Bali. Dua di antaranya bahkan merupakan kapal perang Republik Indonesia yang sengaja diterjunkan.

Pengamanan yang ‘gila-gilaan.’

Menurut pengamat politik dan keamanan Mufti Makaarim, dalam proses pengamanan ada tiga hal yang menjadi pertimbangan. Pertama, terkait dengan status atau level VVIP dari tamu negara. Ke-dua, terkait lokasi yang akan dikunjungi dan berapa lama kunjungan tersebut.

Dan ke-tiga, terkait potensi ancaman atau gangguan terhadap proses atau aktivitas dalam kunjungan tersebut. Menurutnya, besarya mobilisasi aparat keamanan yang diterjunkan untuk pengamanan Raja Salman selama di Indonesia, berkaitan dengan ketiga faktor tersebut.

Lanjut Mufti, dalam proses pengamanan kunjungan kenegaraan yang juga harus diperhatikan adalah faktor psikologis tamu. Indonesia, sebagai tuan rumah harus memperhatian faktor psikologis agar Raja Salman dan delegasinya secara psikologis merasa aman selama tinggal.

Pengamanan dalam jumlah besar seperti yang dilakukan, kata Mufti, bukanlah suatu hal yang mencolok. Menurutnya, konteks pengamanan memang untuk membangun keamanan bagi rombongan.

Apalagi ini kunjungan Raja Salman kembali, setelah 47 tahun. Wajar jika dalam momen bersejarah ini Indonesia tak ingin terjadi hal yang justru merugikan hubungan kedua pihak.

“Baik secara psikologis maupun secara aktual ada ancaman yang menganggu. Dari pada kecolongan, lebih baik ada kesiagaan,” kata Mufti saat dihubungi CNNIndonesia.com. Tindakan preventif lebih baik, dibanding penindakan setelah terjadi peristiwa buruk.

Besarnya jumlah aparat keamanan yang diterjunkan pun terbilang masih wajar. Apalagi masyarakat tidak sampai terganggu. Mereka justru ikut antusias menyambut Raja Salman.

“Sejauh tidak menganggu aktivitas nasional atau tidak mengakibatkan kerugian yang berdampak pada hajat hidup orang banyak, misalnya penutupan jalan selama dua hari, itu masih normal. Saya lihat masih wajar,” ungkap Mufti, mengomentari pengamanan itu.

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Unpad Muradi menyebut besarnya jumlah aparat keamanan yang diterjunkan mengamankan kunjungan Raja Salman di Indonesia sebanding dengan jumlah rombongan dari Arab Saudi yang berjumlah 1.500 orang. Jadi, lagi-lagi itu wajar.

Diterjunkannya penembak runduk atau sniper di sejumlah titik penting pun, menurut Muradi, masih sesuatu yang wajar. “Apa pun yang terjadi, apa yang dilakukan oleh aparat keamanan, sesuai dengan protap (prosedur tetap) yang dilakukan di banyak negara,” ujar Muradi.

Muradi menyebut, dalam penyambutan tamu negara ada dua jenis pengamanan: pengamanan wilayah dan pengamanan terhadap VVIP.

Di Jakarta dan Bogor, kata Muradi, yang dilakukan adalah pengamanan terhadap VVIP dan pengamanan wilayah. Sedangkan di Bali, lanjut Muradi mungkin akan sedikit ada perubahan dengan lebih meningkatkan pada pengamanan wilayah.

Pengerahan kapal perang oleh TNI AL di perairan Nusa Dua Bali pun menurutnya merupakan bentuk perluasan pengamanan. “Nah ini pola yang kurang lebih sama, walau pun dipraktikkan berbeda-beda dalam pengaman tamu kenegaraan,” ujar Muradi menjelaskan secara teori.

Persiapan pengaman yang dilakukan oleh aparat keamanan ini menunjukkan, Indonesia bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi para tamu dari negara yang berkunjung.

Menurutnya, itulah yang terpenting, sehingga tamu tenang dan kemungkinan besar mau kembali lagi. Yang penting, tamu itu tidak merasa risih dengan proses pengamanan yang dilakukan.

[cnn/cnn]

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan