Melancong ke Pedalaman Tanpa Listrik dan Sinyal HP, Traveler Berani Coba…?

Salah satu sudut Desa Melidi (Agus Setyadi/detikTravel)
Loading...

Batu berukuran besar yang membentang ini hampir menutup sungai dengan lebar sekitar 100 meter. Boat harus melewati dari celah batu jika sungai sedang surut. Sementara jika air meluap, batu tidak nampak dan kerap menimbulkan insiden.

Pada 2013, misalnya, tiga warga tewas karena boat tenggelam setelah menabrak batu tersebut. “Dinamakan batu katak karena kalau dilihat dari jauh batu itu mirip dengan katak,” jelas Pakat.

Usai melewati batu katak, perjalanan hanya butuh beberapa menit lagi untuk sampai ke Desa Melidi. Perkampungan di desa ini memang masih jauh tertinggal dibanding di daerah lain. Di sana, warga masih menggunakan listrik tenaga mikro hidro dan hidup dari pukul 18.00 WIB hingga pagi hari. Cahaya lampu pun tidak seterang ditempat lain.

Selain itu, di sana juga belum ada sinyal komunikasi. Traveler yang berkunjung ke sana, bisa melihat perjuangan warga memburu sinyal di bukit sinyal. Ya di desa ini cuma ada satu lokasi di atas bukit yang dijadikan warga untuk mencari sinyal telepon seluler. Itupun tidak semua HP berhasil mendapat sinyal.

Loading...

“Perburuan” sinyal ini dilakukan warga dari pagi hingga malam hari. Di sana, ada dua batang kayu yang sudah diolah sebagai tempat menaruh HP. Jika sinyal sudah didapat, HP tidak boleh bergeser sedikit pun. Untuk berbicara, harus menghidupkan pengeras suara atau menggunakan headset.

Bisa dibayangkan kalau ada anak muda nelpon pacar harus ngomong di antara banyak orang? “Malam minggu biasa ada anak muda yang ke bukit sinyal untuk nelpon cewek. Itu ngomongnya harus pakai loudspeaker,” ungkap Ajisah, tokoh masyarakat Desa Melidi.

Suasana perkampungan Melidi pada siang hari tergolong sepi. Tapi saat malam menyapa, suasana berubah. Dara-dara di sana berkumpul di depan sebuah rumah dan belajar tarian Bines, tarian khas Gayo yang dimainkan khusus oleh perempuan. Suara nyanyian yang dilantunkan peserta tari memecah keheningan. Pemandangan seperti ini, jarang ditemukan di perkotaan.

Selain itu, warga di desa Melidi ini juga tergolong sangat ramah-ramah. Pendatang yang berkunjung ke sana disambut dengan baik dan saat berjumpa diajak bersalaman. Meski hidup dengan keterbatasan dan ketertinggalan, tapi masyarakat sangat memuliakan tamu.

Tertarik petualang ke pedalaman, yuk berkunjung ke Desa Melidi! (dtk/dtk)

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan