Dunia  

Riwayat Misi Rahasia Rezim Korea Utara

Jika kasus tewasnya Kim Jong-nam benar didalangi Korut, misi rahasia ini bukan lah yang pertama dilakukan negara paling terisolasi itu. (Reuters/KCNA)
Loading...

Menitone.com – Tewasnya Kim Jong-nam, warga Korea Utara yang disinyalir merupakan saudara tiri Kim Jong-un, di Malaysia pada pekan lalu kembali menimbulkan sejumlah asumsi mengenai kejamnya pemerintahan negara paling terisolasi di dunia itu.

Anak sulung Kim Jong-Il ini tewas setelah dua perempuan tak dikenal menyemprotkan cairan ke wajahnya di terminal keberangkatan bandara saat hendak bertolak ke Macau, tempat tinggal Jong-nam dan keluarganya selama diasingkan dari Korut.

Jika kematian Jong-nam benar diotaki Korut, pembunuhan ini bukanlah operasi rahasia pertama bagi Korut dalam melaksanakan “kepentingannya” di luar negeri.

Berikut adalah daftar sejumlah operasi rahasia Korut yang dirangkum oleh CNN, Rabu (22/2).

Loading...

Tragedi Korean Air

Pada 29 November 1987, dua warga Korut menaruh bom di pesawat Korean Air 858 dan meledak ketika mengudara, menewaskan seluruh 115 penumpang dan awak pesawat.

Kedua warga Korut itu menyimpan peledak di loker di atas kursi penumpang saat pesawat itu singgah di Abu Dhabi. Pesawat meledak di atas perairan Andaman menuju Bangkok, Thailand.

Setelah kepolisian Bahrain melacak identitas pelaku, dua warga Korut itu sempat berupaya bunuh diri dengan meminum pil sianida. Salah satu pelaku, Kim Hyon-hui, selamat dan diekstradisi ke Korsel.

Di Seoul, Hyon-hui mengaku melakukan aksi teror itu dan dijatuhi hukuman mati. Namun, Presiden Roh Tae-woo mengampuni Hyon-hui dengan alasan pria itu telah dicuci otaknya oleh rezim Korut.

Kepada televisi Australia pada 2013 silam, Hyon-hui menuturkan harus hidup secara sembunyi-sembunyi karena banyak agen Korut yang menganggapnya sebagai pengkhianat.

Percobaan pembunuhan Park Sang-hak

Pada November 2012 lalu, seorang pembunuh bayaran utusan Pyongyang berupaya membunuh Park Sang-hak, pembelot asal Korut yang selama tujuh tahun kerap mengirimkan balon berisi kritik pedas mengenai rezim kampung halamannya melalui perbatasan Korsel.

Pyongyang mengecam tindakan Park itu dan mengancam akan melakukan balasan terhadap Korsel.

Park Sang-hak kerap mengirimkan balon berisi kritik pedas mengenai rezim Korut melalui perbatasan Korsel. (AFP Photo/Jung Yeon-Je)

Suatu hari, Algojo itu berupaya membunuh Park di sekitar jalan Kota Seoul menggunakan sebuah pena yang telah dimodifikasi, berisikan pistol kecil berisi racun.

“Kalian akan melihat pistol, senjata ini sangat berbahaya dan sangat memperdaya sehingga mudah dipakai untuk membunuh orang. Anda akan tewas seketika,” ucap park kepada CNN empat tahun lalu.

Untungnya, algojo tersebut ditangkap otoritas Korsel sebelum melancarkan misinya. Sejak itu, park diberi perlindungan ketat oleh polisi.

Penculikan Seniman Korsel

Sutradara sekaligus produser terkemuka Korsel, Shin Sang-ok, dan istrinya, Choi Eun-hee, diculik oleh agen Korut di Hong Kong pada 1978 dan diboyong ke Pyongyang.

Di Korut, pasangan ini dipaksa pemimpin tertinggi saat itu, Kim Jong-Il, untuk membantu pemerintahnya merombak industri perfilman negara tersebut.

Di Korut, pasangan ini dipaksa pemimpin tertinggi saat itu, Kim Jong-Il, untuk membantu pemerintahnya merombak industri perfilman negara tersebut. (AFP Photo/Mychelle Daniau)

Selama diculik, Shin dan Choi membuat setidaknya 17 film, termasuk film terkenal berjudul “Pulgasari” yang diproduksi sekitar tahun 1985. Film itu terkenal dengan cerita aneh dan efek spesialnya.

Pada 2016, film dokumenter berjudul “The Lovers and The Despot” diselundupkan oleh keduanya keluar Korut. Dalam film tersebut, terungkap pembicaraan Kim mengenai penculikan pasangan itu.

Choi dan Shin melarikan diri dari rezim Korut ketika menghadiri festival film di Wina. Mereka melarikan diri ke Kedutaan AS dan akhirnya diberi suaka oleh Korsel.

Memata-matai Korsel

Seiring dengan percobaan pembunuhan Park Sang-hak, sejumlah agen Korut juga menggecarkan operasi di perbatasan Korsel.

Seorang agen perempuan Korut, Won Jeong-hwa, dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada 2008 lalu karena kedapatan merayu petugas militer Korsel untuk membeberkan informasi intel Negeri Ginseng.

Usai dibebaskan, Won merasa perannya di Korut terlalu dibesar-besarkan. Ia mengklaim hanya sebagai seorang informan tingkat rendah dan bukan agen mata-mata.

Selain Won, pada 2015 lalu, eks mata-mata Korut, Kim Dong-shik, mengaku kepada CNN bahwa dia telah dikirimkan ke universitas khusus selama empat tahun. Di sana, ia diajari bela diri, menyelam, dan merakit bahan peledak.

“Agen mata-mata diperlakukan sama seperti jenderal, pendidikan mereka harus sama tinggi. Jadi tidak aneh jika Korut menganggap agen mata-mata mereka sebagai bagian penting,” ujar Kim.

Operasi Lainnya

Sejak 1970, agen Korut dilaporkan telah menculik setidaknya lebih dari 100 warga Jepang dari jalanan dan menyelundupkan mereka negaranya.

Meski begitu, Tokyo secara resmi hanya mengakui 17 penculikan warganya oleh Pyongyang. Sementara itu, Korut hanya mengakui pernah menyandera 13 warga Jepang.

Selain Jepang, sejumlah warga AS, termasuk mantan militer AS Charles Robert Jenkins, warga China, Timur Tengah, dan Eropa juga pernah menjadi korban penculikan Korut. (AFP Photo/Weekly Friday)

Selain Jepang, sejumlah warga AS, termasuk mantan militer AS Charles Robert Jenkins, warga China, Timur Tengah, dan Eropa juga pernah menjadi korban penculikan Korut.

Dalam laporan tahun 2014 lalu, PBB mendata setidaknya ada puluhan korban dari seluruh dunia yang berpotensi menjadi target penculikan Korut.

“Para korban ini diculik dan dipekerjakan sebagai pengajar bahasa asing, pelatihan militer, dan sejumlah keahlian lainnya di sekolah mata-mata,” bunyi laporan tersebut.

Hilangnya David Sneddon, warga AS yang tengah mendaki gunung di China pada 2016 lalu, juga ternyata didalangi oleh agen Korut.

Sneddon dilaporkan diculik ke Pyongyang untuk mengajari Kim Jong-un bahasa Inggris, meski belum ada konfirmasi resmi terkait tujuan penculikan ini dari Kementerian Luar Negeri AS.

[cnn/cnn]

Loading...

Comment

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Segarkan